SEKILAS INFO
  • 3 tahun yang lalu / Kajian Ba’da Subuh Dalam Rangka Maulid Nabi Muhammad SAW, Sabtu 23 Oktober 2021 Bersama Ustadz Drs.H.Zainuddin Al-Masri, M.Pd.I
WAKTU :

Para Muadzin Di Zaman Nabi Muhammad SAW

Terbit 16 Oktober 2021 | Oleh : Nur Ramdhan | Kategori : Siroh Nabi
Para Muadzin Di Zaman Nabi Muhammad SAW

Orang yang mengumandangkan Adzan biasa disebut muadzin. Saat ini, mungkin sudah jutaan orang di muka bumi yang menjadi muadzin di satu masjid sebagai penanda masuknya waktu shalat berjamaah di masjid. Namun, jika ditarik pada masa Rasulullah SAW, hanya beberapa sahabat saja yang bisa dikategorikan sebagai Muadzin. Siapa saja itu?

Pertama: Bilal bin Rabah

Bilal bin Rabah merupakan orang yang pertama-tama memeluk Islam. Ia merasakan siksaan Quraisy di awal datangnya agama suci ini. Ia menjadi muadzin Rasulullah saw. sepanjang hidup Nabi. Dalam keadaan safar maupun mukim. Ada yang menyatakan ia sempat beberapa saat menjadi muadzin di masa Abu Bakar. Dan tentu saja pernah satu kali mengumandangkan adzan di zaman Umar. Karena para sahabat rindu dengan adzannya. Dan ingin mengingat Rasulullah saw. Tentu banyak keutamaan Bilal. Banyak pula ayat-ayat Alquran yang turun, dan Bilal menjadi bagian dari kandungan ayat tersebut.

Kedua: Ibnu Ummi Maktum

Namanya adalah Amr bin Qays bin Zaidah bin al-Asham. Ia memeluk Islam di Mekah. Walaupun buta, tapi Amr termasuk orang yang pertama menyambut seruan Nabi saw. hijrah ke Madinah.

Diriwayatkan dari jalan Ibnu Ishaq dari al-Barra, ia berkata, “Yang pertama datang kepada kami adalah Mush’ab bin Umair. Kemudian datang Ibnu Ummi Maktum. Rasulullah mengangkatnya sebagai pemimpin Madinah apabila pergi berperang.

Az-Zubair bin Bakar mengatakan, “Ibnu Ummi Maktum pergi menuju Perang Qadisiyah. Di sanalah ia syahid. Saat itu ia memegang bendera.” Ibnu Ummi Maktum sama seperti Bilal, muadzin Rasulullah saw. di Madinah.

Ketiga: Abu Mahdzurah

Namanya adalah Aus bin Mughirah al-Jumahi. Rasulullah saw. memerintahkannya untuk mengumandangkan adzan di Mekah sekembalinya beliau dari Hunain.

Ketika Mekah berhasil ditaklukkan kaum muslimin, Rasulullah saw. memerintahkan Bilal untuk mengumandangkan adzan dari atas Ka’bah. Sebagian pemuda Quraisy, yang masih belum lapang dada menerima Islam, menirukan suara Bilal. Mereka marah dan bermaksud mengejeknya. Sampai salah seorang pemuda yang bernama Abu Mahdzurah al-Jumahi pun meniru-niru adzan Bilal.

Abu Mahdzurah, pemuda 16 tahun, termasuk orang Quraisy yang paling merdu suaranya. Saat ia mengangkat suara mengumandangkan adzan dengan maksud ejekan, Rasulullah saw. mendengarnya. Nabi memanggilnya dan mendudukkannya di hadapan beliau. Abu Mahdzurah menyangka inilah akhir riwayat hidupnya karena ulahnya itu. Tapi, Rasulullah saw. malah mengusap dada dan ubun-ubun pemuda itu dengan tangan beliau yang mulia. Abu Mahdzurah mengatakan, “Demi Allah, hatiku terasa dipenuhi keimanan dan keyakinan. Dan aku meyakini bahwa ia adalah utusan Allah.”

Setelah Abu Mahdzurah beriman, Rasulullah saw. mengajarinya adzan. Jadilah ia orang pertama yang mengumandakan adzan setelah Rasulullah meninggalkan Mekah menuju Madinah. Ia terus menjadi muadzin di Masjid al-Haram hingga akhir hayatnya. Kemudian dilanjutkan oleh keturan-keturunannya hingga waktu yang lama. Ada yang mengatakan hingga masa Imam asy-Syafi’i.

Keempat: Saad al-Qarazh

Saad al-Qarazh adalah mantan budak Ammar bin Yasir. Ia muadzin Rasulullah di Masjid Quba. Ada cerita tersendiri pada laqob al-Qarazh pada nama Saad. Diriwayatkan oleh al-Baghawi bahwasanya Saad pernah mengadu kepada Rasulullah saw. tentang sulitnya perkonomiannya. Nabi saw. memberi masukan agar ia berdagang. Lalu, ia pergi ke pasar dan membeli sedikit al-Qarazh (daun pohon yang dapat dibuat untuk menyamak). Kemudian ia jual lagi. Dari penjualan itu, ia mendapat keuntungan yang banyak. Ia pergi menemui Nabi saw. untuk mengabarkan hal ini. Beliau  menasihati agar ia menekuni perdagangannya.

Di zaman Rasulullah saw. Saad merupakan muadzin di Masjid Quba. Pada masa pemerintahan Abu Bakar, sang Khalifah menugaskannya untuk adzan di Masjid an-Nabawi. Karena Bilal tak mau lagi menjadi muadzin setelah Rasulullah saw wafat. Setelah Saad wafat, anaknya melanjutkan rutinitas sang ayah. Mengumandangkan adzan di masjid Nabi (al-Ishabah fi Tamyiz ash-Shahabah, Juz: 3 Hal: 65).

Dikutip dari berbagai sumber
SebelumnyaPerbaiki Persepsi Kepada Allah SWT SesudahnyaBiografi Singkat Imam Hanafi

Tausiyah Lainnya

5 November 2021

Mari Belajar Tauhid

5 November 2021

Meraih Nikmat Tauhid